KEBIJAKAN PENANAMAN
MODAL
PEMBANGUNAN SEIMBANG
DAN TIDAK SEIMBANG
A.
Pembangunan
Seimbang dan Tidak Seimbang
1)
Pembangunan
Seimbang
Pembangunan
seimbang adalah pembangunan yang dilakukan secara merata diberbagai daerah,
sehingga setiap daerah mencapai tingkat kecepatan pembangunan yang sama.
Menurut
Nurkse, ia menekankan bahwa Pembangunan ekonomi bukan saja menghadapi kesukaran
dalam memperoleh modal yang diperlukan, tetapi juga dalam mendapatkan pasar
untuk barang-barang yang dihasilkan oleh berbagai industri yang akan
dikembangkan. (Sadono Sukirno : 275)
Teori
pembangunan seimbang sendiri merupakan istilah yang diartikan secara
berbeda-beda. Adakalanya istilah tersebut dimaksudkan sebagai pembangunan
berbagai jenis industri secara secara serentak sehingga berbagai industri
tersebut salingg mencipta pasar bagi satu sama lain.
Dapat
disimpulkan bahwa Pembangunan
seimbang adalah usaha pembangunan yang berusaha mengatur program penanaman
modal secara sedemikian rupa, sehingga sepanjang proses pembangunan tidak akan
timbul hambatan-hambatan yang bersumber dari penawaran maupun permintaan.
Alasan utama yang menimbulkan perlunya
pembangunan seimbang adalah untuk menjaga agar pembangunan tersebut tidak
menghadapi hambatan-hambatan dalam (i) memperoleh bahan mentah, tenaga ahli,
sumber tenaga (air dan listrik), dan fasilitas-fasilitas untuk mengangkut
hasil-hasil produksi ke pasar maupun (ii) memperoleh
pasaran untuk barang-barang
yang telah dan yang akan diproduksikan.
Apabila program pembangunan seimbang dilaksanakan, jumlah penanaman modal
yang harus dilakukan jauh melebihi tingkat penanaman modal pada masa sebelum
usaha pembangunan dijalankan. Teori pembangunan seimbang dinamakan juga sebagai
teori usaha besar-besaran.
2)
Pembangunan
Tak Seimbang
Program pembangunan tidak seimbang adalah
program pembangunan yang lebih sesuai untuk mempercepat proses pembangunan di negara berkembang.
Jika ditelaah lebih jauh proses pembangunan
yang terjadi pada strategi pembangunan seimbang sangat jauh berbeda. Akan
terlihat bahwa berbagai aspek kegiatan ekonomi berkembang dalam laju yang
berbeda, yang berarti bahwa pembangunan berjalan secara tidak seimbang.
Selanjutnya pembangunan tidak seimbang
dianggap lebih sesuai untuk dilaksanakan di negara berkembang karena
negara-negara tersebut menghadapi masalah kekurangan sumber daya. Dengan
melaksanakan program pembangunan tidak seimbang, usaha pembangunan pada suatu
waktu tertentu dapat dipusatkan kepada beberapa kegiatan yang akan mendorong
penanaman modal terpengaruh di berbagai kegiatan lain pada masa berikutnya.
Dengan demikian, pada setiap tingkat pembangunan sumber daya yang sangat langka
dapat digunakan dengan lebih efisien.
Menurut
Hirschman dan Streeten, program pembangunan tidak seimbang adalah program
pembangunan yang lebih sesuai untuk mempercepat proses pembangunan di
negara-negara berkembang. Pada hakekatnya gagasan untuk melaksanakan
pembangunan seimbang didasarkan kepada tiga pertimbangan: (1) Secara historis
pembangunan ekonomi yng telah berlaku coraknya tidak seimbang, (2) Untuk
mempertinggi efisiensi penggunaan sumber-sumber daya yang tersedia, (3) Pembangunan
tidak seimbang akan menciptakan
bottlenecks atau gangguan-gangguan dalam proses pembangunan, yang akan
menjadi pendorong bagi pembangunan selanjutnya.
Pembangunan
tidak seimbang dianggap lebih sesuai untuk dilaksanakan di negara-negara
berkembang karena negara-negara tersebut menghadapi masalah kekurang
sumber-sumber daya. Dengan melaksanakan program pembangunan tidak seimbang,
usaha pembangunan pada suatu waktu tertentu dipusatkan kepada beberapa kegiatan
yang akan dapat mendorong penanaman modal terpengaruh di berbagai kegiatan lain
pada masa berikutnya. Dengan demikian pada setiap tingkat pembangunan
sumber-sumber daya yang sangat langka dapat digunakan dengan lebih efisien.
B.
Tesis
Usaha Minimun Krisis Pembangunan
Teori yang terkandung dalam tesis usaha
minimum kritis dapat dibedakan dalam tigApandangan yaitu:
1) Perluasan
Teori Nelson
Dijelaskan bahwa
apabila pendapatan perkapita adalah antara Y0 dan Y1,
pembangunan ekonomi tidak akan terjadi dan di dalam jangka panjang pendapatan
perkapita mencapai Y0 kembali.keadaan tersebut disebabkan karena di
antara keua tingkat pendapatan perkapita tersebut tingkat pertambahan penduduk,
yang digambarkan olehkurva P1 adalah lebih besar dari tingkat
pertambahan pendapatan nasional, yang digambarkan oleh kurva Y. Keadaan ini
menyebabkan pendapatan perkapita mengalami perkembangan yang negative dan akhirnya
kembali ke tingkat Y0,
Pengertian pertama usaha minimum kritis mengemukakan
tentang perlunya tingkat penanaman modal dipertinggi sehingga besarnya tingkat
pertumbuhan pendapatan nasional melebihi tingkat pertambahan penduduk.
Di dalam gambar, hal itu berarti peningkatan penanaman modal harus dapat
mengubah kurva Y menjadi YA.
Tingkat kenaikan penanaman modal yang harus dilakukan
untuk mencapai hal tersebut tergantung kepada tiga factor yaitu besarnya
tingkat pertambahan penduduk, besarnya tingkat penanaman modal yang sekarang
tercapai dan besarnya rasio modal produksi.
Kalau dimisalkan tingkat pertambahan penduduk
rata-rata mencapai 2,5 persen pertahun, dan rasio modal produksi adalah 3, maka
diperlukan penanaman modal sebesar 7,5 persen dari pendapatan nasional untuk
mempertahankan tingkat pendapatan perkapita masyarakat.maka dalam keadaan
demikian, pengertian pertama usaha minimum kritis adalah penanaman modal
sebanyak paling sedikit mencapai 7,5 persen dari pendapatan nasional.
2) Teori Lebeinstein
Pengertian keduan dari tesis usaha minimum kritis
dikemukakan oleh Lebeinstein. Lebeinstein menyatakan bahwa factor-faktor yang
menghambat pembangunan ekonomi dan yang menyebabkan suatu Negara tetap berada
pada tingkat pembangunan dan tingkat pendapatan perkapita yang rendah adalah
tingkat kompleks sifatnya.
Lebeinstein juga menjelaskan bahwa ada dua factor yang
mempengaruhi lajunya pembangunan ekonomi yaitu kekeuatan-kekuatan yang
menaikkan pendapatan perkapita (per
capita income raising forse) dan kekuatan-kekuatan yang menurunkan pendapatan
pekapita (per capita income defreccing
forse). Apabila kekuatan-kekuatan yang menaikkan pendapatan perkapita lebih
kecil dari kekuatan-kekuatan yang menurunkan pendapatan perkapita, maka
pembangunan ekonomi tidak akan terjadi dan Negara tersebut akan terkurung di
dalam lingkaran kemiskinan.
Jadi usaha minimum kritis adalah usaha yang
menjamin agar kekuatan-kekuatan yang akan menaikkan pendapatan perkapita
mempunyai kemampuan untuk mengatasi kekuatan-kekuatan yang menurunkan
pendapatan perkapita.
3) Pandangan
Ranis-Fei
Dalam pengertian ketiga dikemukakan oleh Fei dan
Rains.mereka menyatakan bahwa usaha minimum kritis merupakan usaha yang
menjamin kelancaran proses pemindahan tenaga kerja dari sector industry,
sehingga peranan sector industry dalam menyediakan kesempatan kerja menjadi bertambah
semakin penting.
Apabila L merupakan seluruh tenaga kerja di sector
industry dan P merupakan jumlah tenaga kerja dalam seluruh perekonomian, maka
usaha minimum kritis merupakan usaha yang menjaminbagar L/P akan menjadi
bertambah besar dari masa ke masa.
C. Kritik terhadap Teori
Pembangunan Seimbang
Munculnya teori pembangunan
seimbang menimbulkan pertentangan pendapat mengenai kebijakan penanaman modal
yang sebaiknya dilaksanakan di Negara berkembang.
Kritik terhadap teori ini
dikemukakan oleh Hirschman, Streeten, Singer, dan Fleming. Dari keempat ahli
tersebut, Hirschman merupakan pengkritik paling keras, ia bukan saja
menunjukkan kelemahan-kelemahan teori pembangunan seimbang, tetapi juga
mengedepankan teori pembangunan tidak seimbang.
1. Kritik
Singer
Khusus terhadap teori pembangunan seimbang seperti
yang dikemukakan Roseinstein Rodan dan Nurkse, Singer mengkritik pandangan yang
menekankan tentang perlunya menciptakan pembangunan yang serentak diberbagai
industry.
Pandangan
ini dianggap singer sebagai kebijakan pembangunan yang menekankan pada usaha
pembangunan sektor industry secara besar-besaran
dan melupakan sektor pertanian. Cara pendekatan pembangunan demikian dikeritik
oleh singer karena walaupun teori tersebut menyadaari corak struktur perekonomian
Negara berkembang, tetapi teori tersebut mengabaikan implaksi yang di timbulkan
oleh struktur kegiatan ekonomi tersebut terhadap pelaksanan program pembangunan
seimbang di sector industry. Sehubungan dengan persoalan ini singer
mengingatkan bahwa Negara berkembang merupakan Negara pertanian,yang dapat
dilihat dari kenyataanya bahwa sebagian besar penduduk berada atau bekerja di
sektor pertanian, dan sebagian berar ekspor berasal dari sekror tersebut.
Walaupun
perekonomian merupakan sektor terpenting dalam perekonomiannya, tetapi karena
tingkat produktivitasnya rendah, maka kemampuaan Negara pertanian sangat
terbatas, sebagai akibatnya, apabila pembangunan di sektor industry dilakukan
secara besar - besaran, dan apabila pembangunan disektor industry ini tidak
diikuti oleh pembangunan sektor pertanian, sektor pertanian akan menghadapi
kesukaran memenuhi pertambahan permintaan bahan makanan dan bahan mentah
pertanian yang akan digunakan disektor industry. Berkaitan dengan hal ini
Singger berpendapat bahwa teori pembangunan seimbang harus diperluas sehingga
meliputi pula usaha pembangunan secara besar-besaran
di sektor pertanian. Dengan demikian usaha pembangunan akan menjamin
terciptanya kenaikan produktivitas dan produksi tersebut dan akan dapat
memenuhi pertambahan permintaan disektor industry.
Tetapi
selaniutnya Singer mengatakan, kalau program pembangunan harus menyimbangkan
usaha di sektor industry maupun pertanian secara besar-besaran, ia menggunaka kemampuan
Negara berkembang menyediakan sumbar daya untuk pembangunan yang demikian.
Singer berpendapat bahwa teori pembangunan seimbang telah gagal untuk menyadari
masalah utama yang dihadapi Negara berkembang,yaitu bahwa mereka mengalami
kekurangan sumber daya. Hal ini tidak berarti bahwa Singer menolak sama sekali
pandangan-pandangan
dalam teori pembangunan seimbang.Pandangan teori tersebut yang menunjukan
pentingnya perluasan pasar dan hubungan erat diantara berbagai industry balam
menciptakan ekonomi ekstern untuk
berbagai industry dianggapnya sebagai suatu sumbangan penting dari teori
pembangunan seimbang kepada pemikiran pembangunan. Kritik utama Singer terhadap
pembangunan seimbang adalah corak program yang harus dilaksanakan, yaitu yang
menurut pendapatnya ini tidak mungkin dilakukan oleh Negara berkembang karena
sumber daya yang mereka miliki sangat terbatas. Beberapa lama sebelum teori
pembangunan seimbang munculseperti bentuknya yang sekarang ini,yaitu sebelum
Lewis, nurkse, dan seitovsky mengemukakan pendapat mengenai pentingnya
pembangunan secara serentak diberbagai industry dan sektor, Singer telah
menyatakan “kabaikan-kebaikan
usaha pembangunn yang meluas dapat meupakan bacaan yang menarik untuk para ahli
ekonomi, tetapi bagi Negara yang berkembang hal yang demikian sungguh merupakan
kabar yang buruk, Sumber daya yang tersedia untuk pembangunan yang serentak
diberbagai bidang umumnya sangat terbatas”.
Pendapat
yang sama hakikatnya dengan pandangan Singer
yang baru dikemukakan ini, yaitu merupakan kemampuan Negara berkembang yang
menyediakan sumber baya untuk melaksanakan program pembangunan seimbang,
merupakan kecaman yang paling penting yang dikemukakan Hirschman.
Hirschman antara lain berpendapat bahwa
di suatu pihak teori pembangunan seimbang sengat meragukan Negara berkembang,
tetapi dilain pihak mereka membuat harapan-harapan
yang sama sekali tidak realistis mengenai daya kreatif Negara-Negara tersebut. Teori
pembangunan seimbang, menurut Hirschman mengabaukan kenyataan sejarah yang
menunjukan bahwa secara perlahan kegiatan industry modern telah melalui
perkembangan pada masa lalu. Dan telah sanggup menggantikan beberapa industry
rumah tangga, dan industry-industry
yang menghasilkn barang-barang
yang pada mulanya diimpor. Jugs teori ini telah mengakibatkan kenyataan sejarah
yang menunjukan hasil-hasil
industry modern telah mengakibatkan
kenaikan pengangguran masyarakat
sehingga mengurangi
tabungan mereka serta mendorong untuk bekerja lebih giat. Dari pandangan
Hirschman ini dapat dikatakan menurut pendapatnya, hambatan-hambatan terhadap
pembangunan tidaklah seserius yang sering sekali ditekankan orang, termasuk
orang yang mencetus pandangan tentang
perlunya pembangunan seimbang.
Selanjutnya
Hirschman menyatakan bahwa seiring dengan sikap yang sangat meragukan kemampuan
Negara berkembang untuk pembangunan, teori pembangunan seimbang misalkan pula
bahwa Negara berkembang akan dapat menyediakan tenaga usaha dan tenaga ahli
yang cukup, yang dalam waktu yang bersamaan sanggup mendirikan industry, sehingga
masing-masing industry
tersebut mempunyai pasar yang cukup luas untuk hasil produksinya. Hirschman
tidak yakin Negara berkembang senggup malaksanakan program pembangunan yang
demikian tampa adanya bantuan dari luar, karena pelaksanannya memerlukan tenaga
ahli yang cukup banyak. Sedangkan yang tersedia pada umumnya sangat terbatas.
Sehubungan dengan ini Hirschman
mengatakan : “kalau suatu Negara sudah sanggup melaksanakan doktrin pembangunan
seimbang,maka iya tidak akan Negara berkembang lagi.”
Pandangan
Hirschman memang tepat sekali. Berdasarkan corak masalah yang dihadapi dan
kebijakan yang harus dijalankan, program pembangunan seimbang hanya dapat
dilakukan dilaksanakan dengan sempurna apabila mereka tidak menghadapi masalah
luas pasar yang tidak terbatas, dan masalah pengangguran sumber daya – terutama
modal, tenaga ahli, dan tenaga usahawan. Hanya dalam kaedaan seperti itulah
Negara pada saat itulah suatu Negara akan sanggup melaksanakan program
pembangunan secara besar – besaran Berdasarkan kepada sifatnya ini, maka
Hirschman menggolongkan teori pembangunan seimbang sebagai varian teori depresi
di Negara maju. Yaitu dalam perekonomian yang menghadapi masalah underemployment equilibrium. Menghadapi
keadaan seperti ini tidak cukup apabila penanaman modal dilakukan dalam satu
industry.karena pertumbuhan permintaan yang diakibatkan oleh kenaikan
pengangguran,serta pengeluaran yang timbul sebagai akibat proses multiplier,
tidak akan cukup besar untuk menyerap produksi yang diciptakan oleh penanaman
modal. Untuk mengatasi masalah underemployment
equilibrium dan menciptakan kegiatan ekonomi yang tinggi, haruslah
penanaman modal di berbagai industry dilaksanakan secara serentak. Dan langkah
demikian memerlukan memerlukan modal, tenaga kerja, tenaga ahli pimpinan
perusahaan dan entreprencur yang
besar jumlahnya. Maka menurut Hirschman, teori pembangunan seimbang sebenarnya
adalah lebih sesuai untuk digunakan dalam merumuskan kebijakan ekonomi di
Negara – Negara yang menghadapi masalah pembangunan terbuka dan bukan yang
menghadapi masalah pembangunan yang sangat terbatas.
2.
Masalah
Ability To Invest
Dengan
mengatakan bahwa Negara berkembang tidak sanggup melaksanakan pembangunan
seimbang kerena sumber daya terbatas. Dapat diartikan bahwa kemampuan Negara berkembang
untuk pembangunan sangat terbatas. Maka timbul pertanyaan : factor –faktor
apakah yang menentukan kesanggupan seuatu harga untuk pembangunan. Dalam bagian
lain bukunya Hirschman membahas mengenai masalah tersebut , menurut
pendapatnya, sampai dimana Negara berkembang mampu melaksanakan pembangunan
ditentukan oleh kesanggupannya untuk melaksanakan pembentukan modal. Pengertian
Ability To Invest dapat didefinisikan sebagai derajat kesanggupan suatu
masyarakat menggunakan tabungaan tersedia untuk melaksanakan penanaman modal
yang produktif.
Menjelaskan
lebih lanjut mengenai kesanggupan menanam modal, Hirschman mengatakan
kesanggupan menanam modal suatu Negara terletak beberapa besarnya sektor modern
dalam perekonomian, semakin besar sektor modern,semakin besar pula kesanggupan
menanam modal. Dalam suatu perekonomian yang memiliki 1000 buah industry akan
terdapat engusaha – pengusaha dan tenaga berpendidikan dan pemimpin besar
kurang lebih supuluh kali dibandingkan dengan suatu perekonomian yang memiliki
100 buah industry. Dalam bentuk yang lebih utama kalau tingkat kesanggupan
menanam modal dinyatakan sebagai v, dan pendapatan atau
produksi sektor modern adalah Ym, maka besarnya penanaman modal yang
dapat dilaksanakan dengan produktif dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan: I = v.Ym .jika dimisalkan dengan tabungan rakyat (s)
adalah proporsional dengan pendapatan nasional (Y), maka besarnya tabungan
masyarakat dapat dinyatakan dengan persamaan : S = Sy.
Dalam
proses pembangunan terdapat tiga kemungkinan mengenai hubungan di antara vY
dengan sY yaitu yang pertama lebih besar dari yang kedua,atau sebaliknya, atau
dua-duanya sama besar. Keadaan dimana v.Ym < sY terjadi apabila suatu
perekonomian masih dalam tarap permulaan pembangunan dimana Ym jauh lebih besar
dari Y dari kenyataan ini dapat dinyatakan kemampuan suatu negara untuk
mengerahkan modal dari kesanggupannya untuk menggunakan modal secara produktif,
keagaan ini dapat dilihat dari terdapatnya tabungan baku (boarding) , konsumsi berlebihan atas barang-barang mewah, dan
penanaman modal yang tidak produktif (misalnya
membeli tahah dan rumah mewah secara berlebihah) Dengan uraian ini Hirschman
telah menunjukan suatu factor lain yang mungkin menjadi hambatan, negara
berkembang untuk melepaskan dirinya dari lingkaran kemiskinan, yaitu
keterbatasnya kesanggupan menanam modal. Kesanggupan menanam modal ini yang
terbatas ini tidak memungkinkan negara tersebut melaksanakan pembangunan secara
besar- besaran di berbagai
industri.
3.
Kritik
Lain ke Atas Teori Pembangunan Seimbang
Seperti
singger, pengkritik teori pembangunan seimbang lainya juga mengakui bahwa
perkembangan berbagai industry secara serentak akan menciptakan ekonomi ekstern kepada setiap industry
sehingga akan menciptakan efisiensi dan keuntungan yang lebih tinggi kepada
masing – masing industry tersebut. Tapi disamping itu, Hircshman dan fleming
mengemukakan pula kemungkinan timbulya
disekonomi ekstern didalam pelaksanaan pembangunan seimbang. Hirschman
menunjukan kemungkinan terciptanya disekonomi
ekstern di dalam kegiatan – kegiatan ekonomi yang sudah ada sebelum
kebijakan pembangunan seimbang dilaksanakan. Pembangunan seimbang akan
menghancurkan cara – cara tradisional, dalam kegiatan produksi dan dalam
bekerja masyarakat. Hal ini ada kalanya merugikan masyarakat. Keahlian
tradisional tidak berguna lagi, corak perdagangan yang lama hancur, dan
pengangguran tercipta. Kalau keadaan demikian berlaku keadaan pembangunan
seimbang akan meujudkan berbagai jenis pengorbanan sosial ( social cost ). Flaming memusatkan perhatian kepada terjadinya
disekonomi ekstern dalam industry – industry yang dikembangkan. Menurut
Flaming, apabila factor – factor produksi terbatas jumlahnya, maka mengadakan
pembangunan industry besar – besaran dan secara serentak akan menurunkan
efisiensi dan tingkat keuntungan berbagai industry yang dikembangkan.
Pembangunan seimbang akan menciptakan hasil yang diharapkan hanya apabila tambahan
modal yang diperlukan mudah diperoleh,pekerja tidak meminta upah tinggi, tenaga
kerja disektor pertanian dapat ditarik dan dipekerjakan disektor perindustrian
dan beberapa keadaan lainnya berlaku dalam perekonomian. Apabila sebagian besar
dari keadaan – keadaan tersebut tidak ada, pembangunan seimbang bukan akan
menambah, tetapi mengurangi efisiensi dan keuntungan berbagai industry.
[1] Sadono Sukirno. Ekonomi
Pembangunan (Proses, Masalah, dan Dasar Kebijakan). Jakarta. 2010. Halaman
272.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar