Minggu, 23 Desember 2012

EKONOMI


KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL
PEMBANGUNAN SEIMBANG DAN TIDAK SEIMBANG

         A.    Pembangunan Seimbang dan Tidak Seimbang
1)      Pembangunan Seimbang
Pembangunan seimbang adalah pembangunan yang dilakukan secara merata diberbagai daerah, sehingga setiap daerah mencapai tingkat kecepatan pembangunan yang sama.
Menurut Nurkse, ia menekankan bahwa Pembangunan ekonomi bukan saja menghadapi kesukaran dalam memperoleh modal yang diperlukan, tetapi juga dalam mendapatkan pasar untuk barang-barang yang dihasilkan oleh berbagai industri yang akan dikembangkan. (Sadono Sukirno : 275)
Teori pembangunan seimbang sendiri merupakan istilah yang diartikan secara berbeda-beda. Adakalanya istilah tersebut dimaksudkan sebagai pembangunan berbagai jenis industri secara secara serentak sehingga berbagai industri tersebut salingg mencipta pasar bagi satu sama lain.

Dapat disimpulkan bahwa Pembangunan seimbang adalah usaha pembangunan yang berusaha mengatur program penanaman modal secara sedemikian rupa, sehingga sepanjang proses pembangunan tidak akan timbul hambatan-hambatan yang bersumber dari penawaran maupun permintaan.

Alasan utama yang menimbulkan perlunya pembangunan seimbang adalah untuk menjaga agar pembangunan tersebut tidak menghadapi hambatan-hambatan dalam (i) memperoleh bahan mentah, tenaga ahli, sumber tenaga (air dan listrik), dan fasilitas-fasilitas untuk mengangkut hasil-hasil produksi ke pasar maupun (ii) memperoleh pasaran untuk barang-barang yang telah dan yang akan diproduksikan.
Apabila program pembangunan seimbang dilaksanakan, jumlah penanaman modal yang harus dilakukan jauh melebihi tingkat penanaman modal pada masa sebelum usaha pembangunan dijalankan. Teori pembangunan seimbang dinamakan juga sebagai teori usaha besar-besaran.

2)      Pembangunan Tak Seimbang
Program pembangunan tidak seimbang adalah program pembangunan yang lebih sesuai untuk mempercepat proses pembangunan di negara berkembang.
Jika ditelaah lebih jauh proses pembangunan yang terjadi pada strategi pembangunan seimbang sangat jauh berbeda. Akan terlihat bahwa berbagai aspek kegiatan ekonomi berkembang dalam laju yang berbeda, yang berarti bahwa pembangunan berjalan secara tidak seimbang.
Selanjutnya pembangunan tidak seimbang dianggap lebih sesuai untuk dilaksanakan di negara berkembang karena negara-negara tersebut menghadapi masalah kekurangan sumber daya. Dengan melaksanakan program pembangunan tidak seimbang, usaha pembangunan pada suatu waktu tertentu dapat dipusatkan kepada beberapa kegiatan yang akan mendorong penanaman modal terpengaruh di berbagai kegiatan lain pada masa berikutnya. Dengan demikian, pada setiap tingkat pembangunan sumber daya yang sangat langka dapat digunakan dengan lebih efisien.
Menurut Hirschman dan Streeten, program pembangunan tidak seimbang adalah program pembangunan yang lebih sesuai untuk mempercepat proses pembangunan di negara-negara berkembang. Pada hakekatnya gagasan untuk melaksanakan pembangunan seimbang didasarkan kepada tiga pertimbangan: (1) Secara historis pembangunan ekonomi yng telah berlaku coraknya tidak seimbang, (2) Untuk mempertinggi efisiensi penggunaan sumber-sumber daya yang tersedia, (3) Pembangunan tidak seimbang akan menciptakan bottlenecks atau gangguan-gangguan dalam proses pembangunan, yang akan menjadi pendorong bagi pembangunan selanjutnya.
Pembangunan tidak seimbang dianggap lebih sesuai untuk dilaksanakan di negara-negara berkembang karena negara-negara tersebut menghadapi masalah kekurang sumber-sumber daya. Dengan melaksanakan program pembangunan tidak seimbang, usaha pembangunan pada suatu waktu tertentu dipusatkan kepada beberapa kegiatan yang akan dapat mendorong penanaman modal terpengaruh di berbagai kegiatan lain pada masa berikutnya. Dengan demikian pada setiap tingkat pembangunan sumber-sumber daya yang sangat langka dapat digunakan dengan lebih efisien.

       B.     Tesis Usaha Minimun Krisis Pembangunan
Teori yang terkandung dalam tesis usaha minimum kritis dapat dibedakan dalam tigApandangan yaitu:
1)      Perluasan Teori Nelson
Dijelaskan bahwa apabila pendapatan perkapita adalah antara Y0 dan Y1, pembangunan ekonomi tidak akan terjadi dan di dalam jangka panjang pendapatan perkapita mencapai Y0 kembali.keadaan tersebut disebabkan karena di antara keua tingkat pendapatan perkapita tersebut tingkat pertambahan penduduk, yang digambarkan olehkurva P1 adalah lebih besar dari tingkat pertambahan pendapatan nasional, yang digambarkan oleh kurva Y. Keadaan ini menyebabkan pendapatan perkapita mengalami perkembangan yang negative dan akhirnya kembali ke tingkat Y0,

Pengertian pertama usaha minimum kritis mengemukakan tentang perlunya tingkat penanaman modal dipertinggi sehingga besarnya tingkat pertumbuhan pendapatan nasional melebihi tingkat pertambahan penduduk. Di dalam gambar, hal itu berarti peningkatan penanaman modal harus dapat mengubah kurva Y menjadi YA.
Tingkat kenaikan penanaman modal yang harus dilakukan untuk mencapai hal tersebut tergantung kepada tiga factor yaitu besarnya tingkat pertambahan penduduk, besarnya tingkat penanaman modal yang sekarang tercapai dan besarnya rasio modal produksi.
Kalau dimisalkan tingkat pertambahan penduduk rata-rata mencapai 2,5 persen pertahun, dan rasio modal produksi adalah 3, maka diperlukan penanaman modal sebesar 7,5 persen dari pendapatan nasional untuk mempertahankan tingkat pendapatan perkapita masyarakat.maka dalam keadaan demikian, pengertian pertama usaha minimum kritis adalah penanaman modal sebanyak paling sedikit mencapai 7,5 persen dari pendapatan nasional.

2)      Teori  Lebeinstein
Pengertian keduan dari tesis usaha minimum kritis dikemukakan oleh Lebeinstein. Lebeinstein menyatakan bahwa factor-faktor yang menghambat pembangunan ekonomi dan yang menyebabkan suatu Negara tetap berada pada tingkat pembangunan dan tingkat pendapatan perkapita yang rendah adalah tingkat kompleks sifatnya.
Lebeinstein juga menjelaskan bahwa ada dua factor yang mempengaruhi lajunya pembangunan ekonomi yaitu kekeuatan-kekuatan yang menaikkan pendapatan perkapita (per capita income raising forse) dan kekuatan-kekuatan yang menurunkan pendapatan pekapita (per capita income defreccing forse). Apabila kekuatan-kekuatan yang menaikkan pendapatan perkapita lebih kecil dari kekuatan-kekuatan yang menurunkan pendapatan perkapita, maka pembangunan ekonomi tidak akan terjadi dan Negara tersebut akan terkurung di dalam lingkaran kemiskinan.
Jadi usaha minimum kritis adalah usaha yang menjamin agar kekuatan-kekuatan yang akan menaikkan pendapatan perkapita mempunyai kemampuan untuk mengatasi kekuatan-kekuatan yang menurunkan pendapatan perkapita.

3)      Pandangan Ranis-Fei
Dalam pengertian ketiga dikemukakan oleh Fei dan Rains.mereka menyatakan bahwa usaha minimum kritis merupakan usaha yang menjamin kelancaran proses pemindahan tenaga kerja dari sector industry, sehingga peranan sector industry dalam menyediakan kesempatan kerja menjadi bertambah semakin penting.
Apabila L merupakan seluruh tenaga kerja di sector industry dan P merupakan jumlah tenaga kerja dalam seluruh perekonomian, maka usaha minimum kritis merupakan usaha yang menjaminbagar L/P akan menjadi bertambah besar dari masa ke masa.
      C.     Kritik terhadap Teori Pembangunan Seimbang
Munculnya teori pembangunan seimbang menimbulkan pertentangan pendapat mengenai kebijakan penanaman modal yang sebaiknya dilaksanakan di Negara berkembang.
Kritik terhadap teori ini dikemukakan oleh Hirschman, Streeten, Singer, dan Fleming. Dari keempat ahli tersebut, Hirschman merupakan pengkritik paling keras, ia bukan saja menunjukkan kelemahan-kelemahan teori pembangunan seimbang, tetapi juga mengedepankan teori pembangunan tidak seimbang.
1.      Kritik Singer
Khusus terhadap teori pembangunan seimbang seperti yang dikemukakan Roseinstein Rodan dan Nurkse, Singer mengkritik pandangan yang menekankan tentang perlunya menciptakan pembangunan yang serentak diberbagai industry.
Pandangan ini dianggap singer sebagai kebijakan pembangunan yang menekankan pada usaha pembangunan sektor industry secara besar-besaran dan melupakan sektor pertanian. Cara pendekatan pembangunan demikian dikeritik oleh singer karena walaupun teori tersebut menyadaari corak struktur perekonomian Negara berkembang, tetapi teori tersebut mengabaikan implaksi yang di timbulkan oleh struktur kegiatan ekonomi tersebut terhadap pelaksanan program pembangunan seimbang di sector industry. Sehubungan dengan persoalan ini singer mengingatkan bahwa Negara berkembang merupakan Negara pertanian,yang dapat dilihat dari kenyataanya bahwa sebagian besar penduduk berada atau bekerja di sektor pertanian, dan sebagian berar ekspor berasal dari sekror tersebut.
Walaupun perekonomian merupakan sektor terpenting dalam perekonomiannya, tetapi karena tingkat produktivitasnya rendah, maka kemampuaan Negara pertanian sangat terbatas, sebagai akibatnya, apabila pembangunan di sektor industry dilakukan secara besar - besaran, dan apabila pembangunan disektor industry ini tidak diikuti oleh pembangunan sektor pertanian, sektor pertanian akan menghadapi kesukaran memenuhi pertambahan permintaan bahan makanan dan bahan mentah pertanian yang akan digunakan disektor industry. Berkaitan dengan hal ini Singger berpendapat bahwa teori pembangunan seimbang harus diperluas sehingga meliputi pula usaha pembangunan secara besar-besaran di sektor pertanian. Dengan demikian usaha pembangunan akan menjamin terciptanya kenaikan produktivitas dan produksi tersebut dan akan dapat memenuhi pertambahan permintaan disektor industry.
Tetapi selaniutnya Singer mengatakan, kalau program pembangunan harus menyimbangkan usaha di sektor industry maupun pertanian secara besar-besaran, ia menggunaka kemampuan Negara berkembang menyediakan sumbar daya untuk pembangunan yang demikian. Singer berpendapat bahwa teori pembangunan seimbang telah gagal untuk menyadari masalah utama yang dihadapi Negara berkembang,yaitu bahwa mereka mengalami kekurangan sumber daya. Hal ini tidak berarti bahwa Singer menolak sama sekali pandangan-pandangan dalam teori pembangunan seimbang.Pandangan teori tersebut yang menunjukan pentingnya perluasan pasar dan hubungan erat diantara berbagai industry balam menciptakan ekonomi ekstern untuk berbagai industry dianggapnya sebagai suatu sumbangan penting dari teori pembangunan seimbang kepada pemikiran pembangunan. Kritik utama Singer terhadap pembangunan seimbang adalah corak program yang harus dilaksanakan, yaitu yang menurut pendapatnya ini tidak mungkin dilakukan oleh Negara berkembang karena sumber daya yang mereka miliki sangat terbatas. Beberapa lama sebelum teori pembangunan seimbang munculseperti bentuknya yang sekarang ini,yaitu sebelum Lewis, nurkse, dan seitovsky mengemukakan pendapat mengenai pentingnya pembangunan secara serentak diberbagai industry dan sektor, Singer telah menyatakan “kabaikan-kebaikan usaha pembangunn yang meluas dapat meupakan bacaan yang menarik untuk para ahli ekonomi, tetapi bagi Negara yang berkembang hal yang demikian sungguh merupakan kabar yang buruk, Sumber daya yang tersedia untuk pembangunan yang serentak diberbagai bidang umumnya sangat terbatas”.
Pendapat yang sama hakikatnya dengan pandangan Singer yang baru dikemukakan ini, yaitu merupakan kemampuan Negara berkembang yang menyediakan sumber baya untuk melaksanakan program pembangunan seimbang, merupakan kecaman yang paling penting yang dikemukakan Hirschman. Hirschman  antara lain berpendapat bahwa di suatu pihak teori pembangunan seimbang sengat meragukan Negara berkembang, tetapi dilain pihak mereka membuat harapan-harapan yang sama sekali tidak realistis mengenai daya kreatif Negara-Negara tersebut. Teori pembangunan seimbang, menurut Hirschman mengabaukan kenyataan sejarah yang menunjukan bahwa secara perlahan kegiatan industry modern telah melalui perkembangan pada masa lalu. Dan telah sanggup menggantikan beberapa industry rumah tangga, dan industry-industry yang menghasilkn barang-barang yang pada mulanya diimpor. Jugs teori ini telah mengakibatkan kenyataan sejarah yang menunjukan hasil-hasil industry modern telah mengakibatkan kenaikan pengangguran masyarakat sehingga mengurangi tabungan mereka serta mendorong untuk bekerja lebih giat. Dari pandangan Hirschman ini dapat dikatakan menurut pendapatnya, hambatan-hambatan terhadap pembangunan tidaklah seserius yang sering sekali ditekankan orang, termasuk orang yang mencetus  pandangan tentang perlunya pembangunan seimbang.
Selanjutnya Hirschman menyatakan bahwa seiring dengan sikap yang sangat meragukan kemampuan Negara berkembang untuk pembangunan, teori pembangunan seimbang misalkan pula bahwa Negara berkembang akan dapat menyediakan tenaga usaha dan tenaga ahli yang cukup, yang dalam waktu yang bersamaan sanggup mendirikan industry, sehingga masing-masing industry tersebut mempunyai pasar yang cukup luas untuk hasil produksinya. Hirschman tidak yakin Negara berkembang senggup malaksanakan program pembangunan yang demikian tampa adanya bantuan dari luar, karena pelaksanannya memerlukan tenaga ahli yang cukup banyak. Sedangkan yang tersedia pada umumnya sangat terbatas. Sehubungan dengan ini  Hirschman mengatakan : “kalau suatu Negara sudah sanggup melaksanakan doktrin pembangunan seimbang,maka iya tidak akan Negara berkembang lagi.”
Pandangan Hirschman memang tepat sekali. Berdasarkan corak masalah yang dihadapi dan kebijakan yang harus dijalankan, program pembangunan seimbang hanya dapat dilakukan dilaksanakan dengan sempurna apabila mereka tidak menghadapi masalah luas pasar yang tidak terbatas, dan masalah pengangguran sumber daya – terutama modal, tenaga ahli, dan tenaga usahawan. Hanya dalam kaedaan seperti itulah Negara pada saat itulah suatu Negara akan sanggup melaksanakan program pembangunan secara besar – besaran Berdasarkan kepada sifatnya ini, maka Hirschman menggolongkan teori pembangunan seimbang sebagai varian teori depresi di Negara maju. Yaitu dalam perekonomian yang menghadapi masalah underemployment equilibrium. Menghadapi keadaan seperti ini tidak cukup apabila penanaman modal dilakukan dalam satu industry.karena pertumbuhan permintaan yang diakibatkan oleh kenaikan pengangguran,serta pengeluaran yang timbul sebagai akibat proses multiplier, tidak akan cukup besar untuk menyerap produksi yang diciptakan oleh penanaman modal. Untuk mengatasi masalah underemployment equilibrium dan menciptakan kegiatan ekonomi yang tinggi, haruslah penanaman modal di berbagai industry dilaksanakan secara serentak. Dan langkah demikian memerlukan memerlukan modal, tenaga kerja, tenaga ahli pimpinan perusahaan dan entreprencur yang besar jumlahnya. Maka menurut Hirschman, teori pembangunan seimbang sebenarnya adalah lebih sesuai untuk digunakan dalam merumuskan kebijakan ekonomi di Negara – Negara yang menghadapi masalah pembangunan terbuka dan bukan yang menghadapi masalah pembangunan yang sangat terbatas.

2.      Masalah Ability To  Invest
Dengan mengatakan bahwa Negara berkembang tidak sanggup melaksanakan pembangunan seimbang kerena sumber daya terbatas. Dapat diartikan bahwa kemampuan Negara berkembang untuk pembangunan sangat terbatas. Maka timbul pertanyaan : factor –faktor apakah yang menentukan kesanggupan seuatu harga untuk pembangunan. Dalam bagian lain bukunya Hirschman membahas mengenai masalah tersebut , menurut pendapatnya, sampai dimana Negara berkembang mampu melaksanakan pembangunan ditentukan oleh kesanggupannya untuk melaksanakan pembentukan modal. Pengertian Ability To  Invest dapat didefinisikan sebagai derajat kesanggupan suatu masyarakat menggunakan tabungaan tersedia untuk melaksanakan penanaman modal yang produktif.
Menjelaskan lebih lanjut mengenai kesanggupan menanam modal, Hirschman mengatakan kesanggupan menanam modal suatu Negara terletak beberapa besarnya sektor modern dalam perekonomian, semakin besar sektor modern,semakin besar pula kesanggupan menanam modal. Dalam suatu perekonomian yang memiliki 1000 buah industry akan terdapat engusaha – pengusaha dan tenaga berpendidikan dan pemimpin besar kurang lebih supuluh kali dibandingkan dengan suatu perekonomian yang memiliki 100 buah industry. Dalam bentuk yang lebih utama kalau tingkat kesanggupan menanam modal dinyatakan sebagai v, dan pendapatan atau produksi sektor modern adalah Ym, maka besarnya penanaman modal yang dapat dilaksanakan dengan produktif dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan: I = v.Ym .jika dimisalkan dengan tabungan rakyat (s) adalah proporsional dengan pendapatan nasional (Y), maka besarnya tabungan masyarakat dapat dinyatakan dengan persamaan : S = Sy.
Dalam proses pembangunan terdapat tiga kemungkinan mengenai hubungan di antara vY dengan sY yaitu yang pertama lebih besar dari yang kedua,atau sebaliknya, atau dua-duanya sama besar. Keadaan dimana v.Ym < sY terjadi apabila suatu perekonomian masih dalam tarap permulaan pembangunan dimana  Ym  jauh lebih besar dari Y dari kenyataan ini dapat dinyatakan kemampuan suatu negara untuk mengerahkan modal dari kesanggupannya untuk menggunakan modal secara produktif, keagaan ini dapat dilihat dari terdapatnya tabungan baku (boarding) , konsumsi berlebihan atas barang-barang mewah, dan penanaman modal  yang tidak produktif (misalnya membeli tahah dan rumah mewah secara berlebihah) Dengan uraian ini Hirschman telah menunjukan suatu factor lain yang mungkin menjadi hambatan, negara berkembang untuk melepaskan dirinya dari lingkaran kemiskinan, yaitu keterbatasnya kesanggupan menanam modal. Kesanggupan menanam modal ini yang terbatas ini tidak memungkinkan negara tersebut melaksanakan pembangunan secara besar- besaran di berbagai industri.

3.      Kritik Lain ke Atas Teori Pembangunan Seimbang
Seperti singger, pengkritik teori pembangunan seimbang lainya juga mengakui bahwa perkembangan berbagai industry secara serentak akan menciptakan  ekonomi ekstern kepada setiap industry sehingga akan menciptakan efisiensi dan keuntungan yang lebih tinggi kepada masing – masing industry tersebut. Tapi disamping itu, Hircshman dan fleming mengemukakan pula kemungkinan timbulya disekonomi ekstern didalam pelaksanaan pembangunan seimbang. Hirschman menunjukan kemungkinan terciptanya disekonomi ekstern di dalam kegiatan – kegiatan ekonomi yang sudah ada sebelum kebijakan pembangunan seimbang dilaksanakan. Pembangunan seimbang akan menghancurkan cara – cara tradisional, dalam kegiatan produksi dan dalam bekerja masyarakat. Hal ini ada kalanya merugikan masyarakat. Keahlian tradisional tidak berguna lagi, corak perdagangan yang lama hancur, dan pengangguran tercipta. Kalau keadaan demikian berlaku keadaan pembangunan seimbang akan meujudkan berbagai jenis pengorbanan sosial ( social cost ). Flaming memusatkan perhatian kepada terjadinya disekonomi ekstern dalam industry – industry yang dikembangkan. Menurut Flaming, apabila factor – factor produksi terbatas jumlahnya, maka mengadakan pembangunan industry besar – besaran dan secara serentak akan menurunkan efisiensi dan tingkat keuntungan berbagai industry yang dikembangkan. Pembangunan seimbang akan menciptakan hasil yang diharapkan hanya apabila tambahan modal yang diperlukan mudah diperoleh,pekerja tidak meminta upah tinggi, tenaga kerja disektor pertanian dapat ditarik dan dipekerjakan disektor perindustrian dan beberapa keadaan lainnya berlaku dalam perekonomian. Apabila sebagian besar dari keadaan – keadaan tersebut tidak ada, pembangunan seimbang bukan akan menambah, tetapi mengurangi efisiensi dan keuntungan berbagai industry.


[1] Sadono Sukirno. Ekonomi Pembangunan (Proses, Masalah, dan Dasar Kebijakan). Jakarta. 2010. Halaman 272.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar