MEMBUDAYAKAN BACA KORAN
Tanggal
10 Februari yang lalu Presiden Soesilo Bambang Yudoyono pada puncak
peringatan Hari Pers Nasional (HPN) mencanangkan gerakan baca koran.
Seruan ini tentu memiliki korelasi yang positif dengan dunia pendidikan
terutama sekolah. Bagaimana peranan guru dalam mendorong upaya gerakan
tersebut di sekolah? sejauh mana pula kebiasaan para guru dalam membaca
koran dan kemudian menularkannya kepada anak didik?
Setiap
sekolah pasti berlangganan satu atau dua buah koran. Paling tidak koran
“Pikiran Rakyat” setiap hari hadir di ruang guru atau perpustakaan
sekolah di Jawa Barat. Namun, apakah dengan hadirnya media bacaan
tersebut budaya membaca koran kemudian tumbuh subur di sekolah? Belum
tentu. Selama pemahaman dan penilaian guru akan kebutuhan untuk membaca
koran belum tepat maka budaya membaca tidak akan pernah hadir di
sekolah.
Berdasarkan
observasi sederhana penulis ternyata mayoritas guru lebih banyak
menghabiskan waktunya, di luar jam mengajar, untuk ngobrol dan menggosip
dibandingkan menambah wawasan dengan membaca koran. Mereka beranggapan
bahwa berita yang disajikan koran tidak ada bedanya dengan berita yang
disiarkan media televisi. Seringkali berita dari televisi lebih cepat
dibandingkan koran. Tidak aneh bila kemudian di sekolah koran jarang
disentuh, tergeletak begitu saja di atas meja di antara tumpukan buku.
Bahan ajar
Sejatinya
koran bukan sekedar media pemberitaan. Di dalamnya juga terdapat
berbagai rubrik yang berkaitan dengan dunia pendidikan yang bisa
dijadikan sebagai bahan ajar tambahan selain buku daras dan buku LKS
(Lembar Kerja Siswa). Bukan hanya mata pelajaran bahasa Indonesia, koran
pun bisa menjadi bahan ajar semua mata pelajaran.
Koran
bisa dijadikan sebagai bahan penjelasan, keterangan tambahan maupun
contoh materi pelajaran. Selain tentang ilmu-ilmu sosial koran
memberikan wawasan tentang ilmu-ilmu alam. Contohnya “Pikiran Rakyat”
memiliki rubrik “Cakrawala” yang membahas perkembangan sains. Bila guru
membiasakan diri membaca koran wawasan mereka akan bertambah, bahan ajar
pun semakin melimpah serta semakin mudah untuk disampaikan kepada
siswanya di sekolah.
Menyebarkan budaya membaca
Tatkala
harga buku saat ini semakin mahal, koran menjadi media bacaan alternatif
yang murah meriah. Guru bisa menyebarkan budaya membaca kepada siswa
dengan pemberian tugas untuk mengkliping koran tentang tema tertentu
sesuai dengan materi pelajaran yang sedang dipelajari. Dengan begitu
siswa terbiasa dengan koran yang selanjutnya mereka menjadi antusias
untuk terus membaca.
Namun
tentu saja sekolah perlu menyediakan koran yang jumlahnya sesuai dengan
rasio guru dan siswa. Tentu tidak sepadan satu koran dibaca oleh 500
orang di satu sekolah. Paling tidak setiap sekolah memiliki langganan
beberapa koran nasional dan koran daerah. Dengan ketersediaan yang
relatif banyak maka tidak ada alasan bagi guru dan siswa untuk tidak
bisa membaca koran karena harus berebutan.
Bagi
sekolah yang sudah tersambung dengan internet, budaya membaca koran bisa
semakin ditingkatkan. Saat ini beberapa koran daerah maupun nasional
telah menyediakan edisi online di samping edisi cetak. Misalnya “Pikiran
rakyat” memiliki edisi online dengan alamat http://www.pikiran-rakyat.com.
Melalui internet, guru dan siswa bisa mengakses seluruh berita dan
tulisan yang disajikan termasuk koran yang berasal dari daerah lain atau
juga dari luar negeri.
Terakhir,
yang paling penting dalam rangka mendorong budaya membaca koran adalah
budaya menulis. Kemampuan menulis di koran tidak akan muncul tanpa
diawali budaya membaca. “PR” termasuk pelopor dalam mendorong budaya
ini. Lihat saja kolom “Forum Guru” yang disediakan khusus untuk tulisan
para guru. Siswa SMP/SMU rubrik “belia” disediakan untuk menampung
tulisan dan kreativitas mereka. Tak ketinggalan anak TK/SD memiliki “Pe
Er Kecil”. Semakin sering guru dan siswa menulis di koran, maka budaya
membaca koran pun akan semakin meningkat, paling tidak ingin mengetahui
apakah tulisannya dimuat atau tidak.
Gerakan
baca koran ini perlu terus digalakkan dengan upaya bahu membahu berbagai
kalangan termasuk para guru yang bergerak di dunia pendidikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar